Bangunan Bersejarah

Informasi Daftar alamat dan kontak telepon lokal tempat Bangunan Bersejarah yang dapat di hubungi di kota Jakarta, Bandung dan kota Indonesia lainnya. Temukan tempat tujuan terdekat di kota anda.

Taman Sari, Yogyakarta, Patehan, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta, Indonesia. (Jl. Nogosari No.6, Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55132)

Setiap Hari Pk 06.00 s/d 17.00

Tempat Parkir

Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta (Hanacaraka: ꦠꦩꦤ꧀ꦱꦫꦶꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦡ, Tamansari Ngayogyakarta) adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dapat dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan “The Fragrant Garden” ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.

Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, besrta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis.

Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.

(Sumber)

Posted In  Bangunan Bersejarah and  Lokal

Gedung Pakuan, Babakan Ciamis, Bandung City, West Java, Indonesia. Jl. Cicendo No 1 Pasir Kaliki Bandung, 40171

Bangunan bersejarah, Kediaman Resmi Gubernur Jawa Barat.

Setelah Kota Bandung ditetapkan menjadi ibukota Karesidenan Priangan menggantikan Cianjur pada 1856. Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Ch. F. Pahud, memerintahkan untuk mendirikan rumah dinas Residen Priangan. Namun, pendirian tempat kediaman tersebut baru bisa dilaksanakan setelah ibukota karesidenan benar-benar pindah pada 1864, yakni pada masa kepemimpinan Residen Van der Moore.

Tempat kediaman residen dibangun di ujung Jalan Residen (Residentsweg) atau sekarang dikenal dengan nama Jalan Otista (Jalan Otto Iskandardinata) yang kemudian diberi nama Gedung Pakuan. Butuh waktu hingga tiga tahun untuk membangun gedung ini hingga rampung. (Sumber)

Posted In  Bangunan Bersejarah and  Lokal

(022) 4233291

Landmark Convention Hall, Braga, Bandung City, West Java, Indonesia. JL. Braga 129, Braga, Sumur Bandung, Jawa Barat 40111

GEDUNG Landmark di Jalan Braga Kota Bandung merupakan salah satu gedung peninggalan kolonial yang masih utuh. Dua buah kepala kala masih menghiasi gedung itu. Arcade di bagian depannya juga belum ada perubahan.

Bangunan ini dibangun pada 1922. Didesain oleh C.P. Wolff Schoemaker yang selalu menggunakan ornamen nusantara Batara Kala, dewa penguasa waktu. Selain Gedung Landmark, karya Schoemaker di Bandung adalah Villa Isola, Gedung Merdeka, New Majestic, dan Hotel Preanger.

Pada 1922 gedung ini berfungsi sebagai toko buku. Nama toko tersebut adalah Van Dorp. Toko ini akhirnya tutup pada 1972. Selain di Bandung toko buku yang berpusat di Vatavia (Jakarta) ini juga memiliki jaringan di Semarang, dan Surabaya.

Pada 1980-an tersebut Gedung Landmark menjadi rumah biliar. Sedangkan di lantai dua menjadi bioskop POP. Saat itu bioskop POP melengkapi bioskop yang berada di kawasan Braga, seperti Braga Sky dan Presiden Theater.

Kini Gedung Landmark menjadi gedung serba guna yang bernama Landmark Convention Centre. Setiap minggunya sering digunakan untuk pameran, seperti pameran buku dan komputer. Sedangkan di bagian atasnya digunakan untuk tempat hiburan, night-club/diskotek

Posted In  Bangunan BersejarahGedung Serba GunaLayanan dan Jasa and  Lokal

Kota Makassar, Jl. Ujung Pandang, Bulogading, Makassar City, Sulawesi Selatan, Indonesia

Setiap Hari Pk 08.00 s/d 18.00

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Sejarah Singkat Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang dapat dianggap megah dan menawan. Sebuah wartawan New York Times, Barbara Crossette benteng ini pernah digambarkan sebagai “yang terbaik diawetkan benteng Belanda di Asia.” Awalnya benteng ini disebut Benteng Jumpandang (Ujung Pandang). Benteng ini merupakan peninggalan Kesultanan Gowa sejarah, Kekaisaran pernah Berjaya sekitar abad ke-17 dengan modal Makassar. Empire sebenarnya memiliki 17 buah benteng yang mengelilingi seluruh ibukota. Hanya, Benteng Fort Rotterdam merupakan benteng yang paling megah dari benteng benteng yang lain, dan keasliannya telah dipertahankan sampai sekarang.

Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-X bernama Daeng Bonto Karaeng Imanrigau Lakiung atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Pada awal benteng ini adalah segi empat, seperti gaya arsitektur benteng Portugis. Bahan dasar dan rock campuran dan tanah liat yang dibakar kering.
Pada tanggal 9 Agustus 1634, Sultan Gowa XIV (I Mangerangi Daeng Manrabbia, dengan gelar Sultan Alauddin) membuat Rock wall dinding dengan batu hitam yang dibawa dari Maros. Pada tanggal 23 Juni 1635, dibangun kembali dinding tembok kedua dekat pintu gerbang.

Benteng ini dihancurkan pada masa kolonial Belanda. Belanda pernah menyerang Kesultanan Gowa yang saat itu dipimpin oleh Sultan Hasanuddin, antara tahun 1655 sampai 1669. Tujuannya adalah untuk menguasai perdagangan rempah-rempah invasi rute Belanda dan memperluas kekuasaan sayap mereka untuk memfasilitasi membuka jalur ke Banda dan Maluku.

Armada perang Belanda pada waktu itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal Admiral Cornelis Janszoon Speelman. Selama satu tahun penuh Kesultanan Gowa diserang, serangan ini juga mengakibatkan hancur sebagian benteng. Sebagai hasil dari kekalahan ini Sultan Gowa dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.

Gubernur Jenderal Speelman kemudian membangun kembali benteng yang sebagian hancur oleh model arsitektur Belanda. Bentuk benteng yang berbentuk persegi panjang dengan empat bastion, ditambahkan satu bastion lagi di sisi barat. Nama benteng kemudian disebut Fort Rotterdam, yang merupakan nama tempat kelahiran Speelman.

Sejak itu Fort Rotterdam berfungsi sebagai pusat perdagangan dan penimbunan hasil bumi dan rempah-rempah serta pusat pemerintahan Belanda di Nusantara Timur (Indonesia).

Posted In  Bangunan BersejarahDestinasi LiburanHiburanLokalPerjalanan & Petualangan and  Wisata

+62 22 82782400

Jln. Raya Lembang Nomor 108, Cihideung Kabupaten Bandung Barat

Sabtu 09.00–21.00 Minggu 09.00–21.00 Senin 09.00–21.00 Selasa 09.00–21.00 Rabu 09.00–21.00 Kamis 09.00–21.00 Jumat 09.00–21.00

Farmhouse merupakan salah satu destinasi wisata terbaru yang lagi ramai dikunjungi di Lembang. Jika penasaran dengan rumah Hobbit yang sangat unik dan khas itu, kamu tak perlu jauh-jauh pergi ke Selandia Baru. Cukup datang ke Lembang, lebih tepatnya ke Farmhouse Susu Lembang yang beralamat di Jl. Raya Lembang no. 108, Cihideung, Bandung, Jawa Barat. 

Farmhouse yang ada di Lembang ini merupakan tempat wisata baru yang dikelola oleh perusahaan penjual susu di Bandung. Selain rumah Hobbit, banyak juga hal lain yang dapat kamu nikmati di sini. Tempat ini sangat cocok bagi kamu yang gemar berfoto. Di sini, bisa didapati rumah-rumah bergaya Eropa, lengkap dengan taman yang mengelilinginya.

Kamu juga bisa berfoto dengan memakai kostum tradisional Eropa yang sudah disediakan. Tempat wisata yang satu ini memang didesain dengan tema pedesaan Eropa, sehingga kamu pun dapat menemukan hewan seperti biri-biri, sapi, dan kuda.

Tersedia kafe-kafe yang seperti umumnya segala hal di tempat ini, didesain dengan unik dan artistik. Fasilitas lain yang disediakan pengelola tempat ini adalah toilet dan musala. Yang pasti sekarang ada ungkapan yang lagi ngehits di kalangan wisatawan: “Belum sah wisata di Bandung kalau belum selfie di Rumah Hobbit”.

Posted In  Bangunan BersejarahCafeGaleri dan BudayaHangoutHiburanKulinerLokal and  Wisata

(022) 2515895

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda

Jumat 06.00–18.00 Sabtu 06.00–18.00 Minggu 06.00–18.00 Senin 06.00–18.00 Selasa 06.00–18.00 Rabu 06.00–18.00 Kamis 06.00–18.00

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda awalnya berstatus sebagai hutan lindung (Komplek Hutan Gunung Pulosari) yang batas-batasnya ditentukan pada tahun 1922.

Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 secara otomatis status kawasan hutan negara dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Djawatan Kehutanan.

Kawasan hutan ini dirintis pembangunannya sejak tahun 1960 oleh Bapak Mashudi (Gubernur Jawa Barat) dan Ir. Sambas Wirakusumah yang pada waktu itu menjabat sebagai Administratur Bandung Utara merangkap Direktur Akademi Ilmu Kehutanan, dan mendapat dukungan dari Bapak Ismail Saleh (Menteri Kehakiman) dan Bapak Soejarwo (Dirjen Kehutanan Departemen Pertanian). Pada tahun 1963 sebagian kawasan hutan lindung tersebut mulai dipersiapkan sebagai Hutan Wisata dan Kebun Raya.  Tahun 1963 pada waktu meninggalnya Ir. H. Djuanda, maka Hutan Lindung tersebut diabadikan namanya menjadi Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda untuk mengenang jasa-jasanya dan waktu itu pula jalan Dago dinamakan jalan Ir. H. Djuanda.

Untuk tujuan tersebut, kawasan tersebut mulai ditanami dengan tanaman koleksi pohon-pohonan yang berasal dari berbagai daerah.  Kerjasama pembangunan Kebun Raya Hutan Rekreasi tersebut melibatkan Botanical Garden Bogor (Kebun Raya Bogor) , dengan menanam koleksi tanaman dari di Bogor.

Pada tanggal 23 Agustus 1965 diresmikan oleh Bapak Gubernur Mashudi sebagai Kebun Raya Hutan Rekreasi lr. H. Djuanda sebagai Embrio Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang dikelola oleh Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi Jawa Barat).

Posted In  Bangunan BersejarahEdukasi & KursusGaleri dan BudayaHangoutMuseumRuang Publik and  Wisata

(022) 2786027

Jl. Peneropong Bintang,Lembang,Kabupaten Bandung Barat,Jawa Barat

Jumat Tutup Sabtu 09.00–13.00 Minggu Tutup Senin Tutup Selasa Tutup Rabu Tutup Kamis Tutup

Observatorium Bosscha adalah lembaga riset yang berada di bawah naungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB). Hingga saat ini, Observatorium Bosscha merupakan satu-satunya observatorium besar di Indonesia. Bersama-sama dengan Program Studi Astronomi, FMIPA ITB, Observatorium Bosscha menjadi pusat penelitian, pendidikan, dan pengembangan ilmu Astronomi di Indonesia.

Selain mengemban tugasnya dalam penelitian dan pendidikan, Observatorium Bosscha melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat, baik dalam bentuk kegiatan rutin maupun kegiatan yang sifatnya insidental bergantung pada terjadinya fenomena astronomi yang menarik. Observatorium Bosscha pun membuka peluang kolaborasi dan belajar bagi mahasiswa maupun peneliti dari berbagai tempat di seluruh dunia. Peneliti dan mahasiswa dari berbagai tempat telah datang untuk melakukan pengamatan astronomi, melakukan analisis data astrofisika, belajar instrumentasi, dan lain sebagainya. Observatorium Bosscha juga menerima mahasiswa maupun peneliti yang ingin belajar topik-topik non-astronomi yang relevan, misalnya tentang sejarah, bangunan, manajemen, serta lingkungan di Observatorium Bosscha.

Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Oleh karena itu, keberadaan Observatorium Bosscha dilindungi UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan.

 

Posted In  Bangunan BersejarahEdukasi & KursusGaleri dan BudayaHangoutHiburanLaboratoriumLokalMuseum and  Wisata

Jos55 Pusat Togel Online Slot Gacor Hari Ini